Mulai penyelenggaraan haji 2014 ini, Kementrian Agama akan membeli tikar mendong buatan pengrajin Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta untuk menggantikan tikar plastik buata Cina yang biasa digunakan jamaah haji di Armina. Bahkan Kementrian Agama bekerja sama dengan Forum Kerja sama Bank Penerima Setoran (BPS) Biaya Pelaksanaan Ibadah Haji (BPIH) Syariah telah membeli 2.612 lembar tikar mendong Sleman tersebut. Tikar itu akan digunakan oleh jamaah haji DIY tahun ini.
Pembelian tikar mendong dari pengrajin Sleman tersebut menghabiskan dana Rp 91 juta. Penyerahan dana itu dilakukan langsung oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementrian Agama, Anggito Abimanyu di Yogyakarta, Kamis (17/4).
Penyerahan dana pembelian kepada 10 pengrajin tikar mendong Sleman ini disaksikan langsung oleh Bupati Sleman Sri Purnomo dan Ketua Forum Kerja sama BPS BPIH Tutuy Guntara.
BPS BPIH yang masuk dalam forum kerja sama ini adalah Bank Mandiri Syariah (BSM), BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Permata Bank Syariah, BRI Syariah, Bank DKI dan Bank Jateng.
"Tahun lalu saya ketemu Pak Sri Purnomo (Bupati Sleman) dan mengeluhkan, mengapa tikar untuk dzikir jamaah haji kita di Armina itu beli produk Cina dan berbahan plastik sehingga panas. Dan ternyata Pak Bupati menjawab bahwa di Sleman banyak pengrajin tikar dengan bahan baku alam. Saya tertarik untuk melihatnya," kata Anggito.
Menurutnya, dana haji di Indonesia itu saat ini mencapai Rp 65 Triliun yang di simpang sebagian dalam bentuk sukuk dan sebagian atau sekitar Rp 30 Triliun dimasukkan ke perbankan. Dari jumlah yang masuk ke perbankan itu Rp 15 Triliun dimasukkan ke Bank Syariah dan sebagian masih di bank konvensional. "Insyaallah Juni besok semua sudah masuk Bank Syariah," katanya.
Menurutnya, dengan margin yang diberikan perbankan rata-rata 1 persen saja per tahun maka akan banyak dana yang bisa dimanfaatkan pihak perbankan dan kementrian untuk pemberdayaan masyarakat.
"Karenanya perbankan syariah ini harus membagi keuntungan usahanya ke pengusaha muslim terutama usaha kecil dan menengah," katanya.
Untuk pemberdayaan usaha itu kata dia, pihaknya memprioritaskan di beberapa sektor, yang langsung terkait dengan haji antara lain tikar mendong untuk alas ibadah haji tersebut tahun ini dan juga batik.
"Dengan pendampingan perbankan, harusnya produk kita harus lebih baik dari Cina. Mosok kita pake tikar Cina terus. Banyak sekali produk di Arab itu dari Cina. Saya ingin mulai dari tikar mendong ini," ujarnya.
Secara bertahap kata dia, tikar mendong asal Sleman DIY tersebut akan menjadi tikar bagi jamaah haji Indonesia di Armina.
Sementara itu Ketua Forum Kerja sama BPS BPIH, Tutuy Guntara, mengatakan forum telah membuat program yang diamanatkan oleh Kementrian agama. Salah satunya adalah program pembinaan pengusaha muslim terutama yang bergerak di UMKM.
"Saat ini ada beberapa pengusaha muslim khususnya UMKM di DIY dan Solo termasuk usaha tikar mendong menjadi nasabah BPS BPIH," kataya.
Pihaknya merelakan pembinaan ke depan akan lebih segmented agar UMKM ini bisa naik menjadi pengusaha menengah dan besar. Selain pendampingan pengusaha muslim yang bergerak di UMKM, BPS BPIH kata dia juga sudah melaksanakan bantuan perasional, infrastruktur guru madrasah di Jakarta, Banten, dan Jawa Timur.
Sedikitnya ada 102 madrasah yang diberikan bantuan oleh forum kerja sama BPS BPIH tersebut dengan total dana Rp 1,75 Miliar. Selain itu juga melakukan pemberdayaan UMKM batik dengan melakukan pembelian batik untuk seragam haji tahun ini dengan nilai dana Rp 4,27 Miliar.
Bupati Sleman, Sri Purnomo, dalam kesempatan itu berharap bantuan pembelian produk UMKM untuk ibadah haji tersebut bisa membantu UMKM menjadi usaha menengah dan besar.
0 Response to "Produk Dalam Negri Sebagai Penunjang Ibadah Haji"
Posting Komentar